Beberapa ribu atlet nasional berlomba – lomba untuk mendapatkan posisi atlet akuatik olimpiade yang akan di jelang pada tahun 2023. Turnamen terbuka ini diadakan tahun ini dah dihadiri oleh atlet dari 27 kabupaten Di Jawa Barat.
Kejuaraaan ini menghadirkan hingga atlet yang berusia 17 tahun. Akan akurat untuk mencari dan menyaring atlet – atlet berkualitas yang akan di tampilkan pada tahun 2030 – 2032. M Farhan menjelaskan, langkah regenerasi ini jadi cara terukur untuk mendapat atlet terbaik.
1. Pandemi Covid 19 Membuat Kualitas Skill Berkurang
Pengurus Besar Persatuan Renang Indonesia (PRSI) mengatakan bahwa sikap antusias atlet akuatik jawa barat semakin tinggi. M Farhan menilai menggelar turnamen terbuka secara rutin merupakan salah satu proses yang paling jitu dalam strategi proses regenarasi.
M Farhan menambahkan : “Makanya sekarang kita bikin open tournament untuk perkumpulan seluruh Jawa Barat di kelompok usia dan ini adalah turnamen pertama kelompok usia antar perkumpulan di Jawa Barat setelah masa pandemi,”
Bahkan karena pandemi Covid 19, telah mengakibatkan pelatihan atlet – atlet muda dan memiliki potensi menjadi terhambat. M Farhan mengatakan : “Kaku sekali, karena selama dua tahun kita tidak bisa bikin turnamen, terakhir kita bikin itu babak kualifikasi untuk Penyelenggaraan Olimpiade Nasional, udah begitu udah, plong nggak ada lagi,”
Dalam kejuaraan Tingkat Nasional, ada beberapa cabang yang harus didahulukan untuk menang, untuk mendapat 100 medali pertama. M Farhan Meneruskan bahwa : “Nah, akuatik, taekwondo, dayung itu termasuk yang diutamakan untuk mendapatkan 100 medali pertama emas,”.
M Farhan Meneruskan lagi bahwa : “Kalau bibit sekarang adalah sejak masuk kelompok usia 1-5, mereka itu harus dikasih turnament terus, tujuannya apa? supaya ada motivasi latihan, supaya mereka juga merasakan atmosfir kompetisi, atmosfir pertandingan,”.
2. Ajang Turnamen Rutin Sangat Dibutuhkan Untuk Meregenerasi Atlet Akuatik Baru
M Farhan menilai ajang turnamen rutin sejak 2020. M Farhan Mengatakan Bahwa : “Sejak 2020 belum ada turnamen seperti ini lagi, kan turnament seperti ini ijinnya kalau dulu kan engga gampang,” M Farhan Menambahkan :
“Tantangan terbesar sebetulnya adalah mengembalikan fitness level para atlet, karena mereka selama dua tahun hanya latihan tapi engga ketahuan buat apa latihannya. Jadi, fitness levelnya bukan fitness level yang siap untuk kompetisi. Makanya agak sulit bagi kita untuk mengembalikan hal itu,”
3. Program Nutrisi Juga Sangat Dibutuhkan Untuk Pengembangan Atlet Turnamen Baru
Pelatih Nasional (Pelatnas) atlet Akuatik dari PRSI Jawa Barat, Donny Budiarto Utomo menjelaskan, “Nutrisi untuk anak – anak ini kan seperti tidak diperhatikan berbeda sama negara – negara luar yang sangat detail sekali ya untuk memperhatikan dari fasilitasnya, mereka engga kesusahan cari tempat latihan,”
Bukan hanya itu, Skill yang ada pada pelatih juga harus ditingkatkan agar berdampak dalam meramu program regenasi atlet. Donny Budiarto Utomo menjelaskan : “Terutama untuk anak-anak kecil itu sangat penting, sering untuk bertanding juga, karena meraka kan untuk bisa meningkatkan pengalaman tanding,”
Salah satu peserta yang ikut yaitu Singgaluna dari Bekasi menyarankan agar Turnamen ini dirutinkan untuk mematangkan meningkatkan skill agar bisa ikut serta dalam perlombaan Nasional maupun Internasional.
Donny Budiarto Utomo Melanjutkan : “Semakin rame ke depannya, penuh, semakin bagus. Target juara saya masuk PON sampai Sea Games,”
Ya, Itu saja yang bisa saya sampaikan, Semoga bermanfaat Sampai Jumpa!, baca juga artikel sebelumnya di link berikut.