Budi Sudarsono Memberi Penjelasan Mengapa Indonesia Sulit Cetak Striker Yang Tajam

  • fanboybola
  • May 6, 2022
  • Comments Off on Budi Sudarsono Memberi Penjelasan Mengapa Indonesia Sulit Cetak Striker Yang Tajam

Bolafansclub.com – Timnas Indonesia sudah cukup lama tidak punya penyerang tajam yang performanya konsisten. Beberapa nama sempat mencuat, tetapi kemudian tenggelam. Eks penyerang Timnas, Budi Sudarsono, punya pendapat soal situasi itu.

Piala AFF 2020 menyisakan catatan untuk Timnas Indonesia. Meski berstatus runner-up, masih ada pekerjaan rumah untuk mencari striker yang bisa diandalkan. Padahal Indonesia sempat jadi gudangnya penyerang yang ditakuti di Asia Tenggara.

Nama-nama seperti Gendut Doni, Bambang Pamungkas, Ilham Jayakusuma, hingga Budi Sudarsono pernah jadi top skorer di Piala AFF (dulu Piala Tiger).

Tergerus Zaman

Mantan pelatih Persik Kediri tersebut melihat krisis striker yang dialami Timnas Indonesia bermula dari situasi di kompetisi Tanah Air. Para penyerang lokal sulit mendapat menit bermain karena formasi yang berkembang saat ini.

“Saya mengamati liga saat ini. Jam terbang striker lokal kurang sekali. Kebanyakan striker diisi pemain asing,” ujar Budi.

Pernah Bikin Pelatih Prancis Mundur, Apa Kabar Budi Sudarsono? - INDOSPORT

“Mayoritas sekarang tim menggunakan satu striker. Kalau dulu, meski ada pemain asing formasi yang digunakan masih banyak menggunakan dua striker. Jadi satu striker asing, satunya lokal,” katanya.

Kerap Berduet dengan Striker Asing

Di era Budi masih aktif bermain, banyak striker lokal yang jadi tandemi pemain asing. Sebab, kebanyakan tim masih menggunakan formasi dua pemain depan.

Budi Sudarsono beberapa kali berduet dengan penyerang asing. Salah satunya Cristian Gonzales ketika masih bermain di Persik Kediri.

Waktu itu Gonzales belum dinaturalisasi jadi warga negara Indonesia. Selain dia, Bambang Pamungkas, Gendut Doni dan lainnya juga merasakan situasi yang sama.

Di era sekarang, tren formasi satu striker di klub yang membuat masalah bagi Timnas Indonesia. Sehingga lebih banyak penyerang sayap yang muncul ketimbang striker murni.

“Sekarang makin modern tren nyajuga berbeda. Dengan formasi satu striker ini membuat jam terbang pemain lokal berkurang. Sehebat apapun kemampuannya, kalau jam terbang tidak ada, otomatis makin lama makin redup.”

“Sebaliknya, striker yang punya kemampuan biasa, kalau dapat jam terbang lebih lama, mentalnya akan terbentuk,” sambungnya.