Bolafansclub.com – Pemain NBA sekarang lebih dari sekadar atlet. Mereka juga memainkan peran sosial yang kuat. Seperti tahun lalu ketika para pemain NBA berjuang untuk keadilan kasus George Floyd. Kali ini, Stephen Curry dan keluarga besar Golden State Warriors berjuang untuk keadilan Julius Darius Jones.
Kasus 2002 Yang Masih Tetap Rumit
Stephen Curry saat ini berjuang untuk membebaskan Julius Darius Jones, seorang pria yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 2002 atas pembunuhan Paul Howell di Oklahoma pada tahun 1999. Sebuah keputusan ditolak mentah-mentah oleh banyak orang karena kurangnya bukti dalam kasus ini.
Jones, pria 39 tahun, yang telah menghabiskan separuh hidupnya di penjara setelah dia dinyatakan bersalah pada tahun 2002. Padahal menurut Jones, dia tidak terlibat dan para pendukung mengatakan dia dituduh atas apa yang tidak pernah dia perbuat.
Oklahoma Pardon and Parole Board memberikan suara pada bulan September untuk merekomendasikan hukuman Jones diubah menjadi penjara seumur hidup dengan kemungkinan pembebasan bersyarat. Tetapi Gubernur Kevin Stitt tidak akan membuat keputusan akhir tentang kasus ini sampai sidang grasi.
Sidang hari Selasa ditunda hingga 1 November 2021. Namun sesuai dengan keputusan sebelumnya, bahwa eksekusi mati untuk Jones masih dijadwalkan pada 18 November 2021 mendatang.
Steve Kerr Beri Pendapat Tentang Kasus Ini
“Pasti ada kesadaran tentang apa yang terjadi,” kata pelatih Warriors Steve Kerr, dikutip dari San Francisco Chronicle. “Itu hanya sesuatu yang sangat kami rasakan dan kami mendukungnya.”
Sebuah video diunggah ke media sosial menunjukkan bahwa Stephen Curry mendukung tujuan yang sama.
“Saya mendukung Julius, seluruh keluarga, dan berdoa agar keadilan ditegakkan untuk saudara kami dan dia akan segera bebas,” katanya.
“Kami harus terus menjelaskan kasus-kasus ini. Saya mencintai keluarga Julius tidak hanya karena cinta, tetapi juga karena perjuangan mereka untuk mereformasi hukum kami. Saya memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Julius di telepon setelah pertandingan, dan saya menyadari betapa beruntungnya saya. Kami berbicara tentang bola basket, tentang keluarganya.”