Bohemian Rhapsody, Queen, dan Kisah Artefak Stadion Wembley

Bolafansclub.com Stadion Wembley menjadi fokus penting dalam film Bohemian Rhapsody yang diluncurkan bulan ini. Film biografi itu mengisahkan perjalanan band rock legendaris Queen melalui narasi vokalis mereka, Freddie Mercury, dari awal terbentuk hingga megakonser Live Aid 1985.

Stadion Wembley, tepatnya arena lama yang kerap disebut The Original Wembley, menjadi saksi gemuruh konser legendaris Queen di pentas amal global Live Aid, 13 Juli 1985.

Penampilan mereka kala itu dilabeli salah satu live performance terbaik di dunia oleh BBC.

Pasalnya, aksi panggung Queen ibarat memicu aktivitas seismik lokal di Wembley, London, karena membuat 72.000-an penonton diguncang serentak mengikuti lantunan irama Freddie Mercury cs.

“Queen membakar mereka, seperti mengambil semua orang,” ucap pentolan Foo Fighters, Dave Grohl, sebagai saksi Live Aid 1985.

“Mereka layak dikenal sebagai band rock terbesar di dunia karena bisa terhubung secara total dengan penonton,” kata eks penggebuk drum Nirvana tersebut, dikutip BolaSport.com dari Telegraph.

Rami Malek (kedua dari kanan) memerankan Freddie Mercury dalam sebuah adegan di film Bohemian Rhapsody (2018).

Kemegahan konser amal untuk tragedi kelaparan di Etiopia itu direplika kembali dalam film Bohemian Rhapsody garapan sutradara Bryan Singer pada November ini.

Realitas yang berbeda adalah arena konser di Stadion Wembley lama yang dipakai pentas Live Aid 1985 kini ditelan sejarah.

The Original Wembley yang kondang dengan menara kembar bercat putih serupa benteng dihancurkan pada 2003.

Di atas reruntuhan arena historis itulah berdiri Wembley Stadium baru yang rampung pada 2007 dengan biaya konstruksi 789 juta pounds atau Rp14,8 triliun

The Original Wembley memang difungsikan bukan cuma buat kandang timnas Inggris, markas Arsenal untuk laga antarklub Eropa (1998-2000), atau venue rutin final Piala FA.

Stadion berkapasitas akhir 82.000 kursi itu dipakai buat perlombaan event motokros, stock car racing, kejuaraan atletik, arena Olimpiade 1948, hingga berbagai konser musik dengan Live Aid 1985 menjadi yang paling spektakuler.

Stadion lama Wembley didirikan pada 1923 dengan rancangan membangun stadion nasional terbesar di Inggris oleh arsitek Sir John William Simpson, Maxwell Ayrton, dan Sir Owen Williams.

Bernama asli British Empire Exhibition Stadium, stadion ini pertama kali dipakai menggelar laga final Piala FA 1923 antara Bolton Wanderers vs West Ham United, hanya 4 hari setelah perampungan proyek.

Tanpa persiapan cukup, stadion baru yang memancing antusiasme publik Inggris ini disesaki sekitar 270.000 orang, melebihi kapasitas mula sebanyak 127.000 penonton.

Aparat sampai harus turun ke lapangan guna menghalau penonton yang membeludak dengan mengendarai kuda, salah satunya berwarna putih bernama Billie.

Karena itulah partai final Piala FA 1923 dikenal juga dengan sebutan The White Horse Final.

Dalam perjalanannya, Stadion Wembley lama mengalami renovasi pada 1963 dan harus “mengakhiri hayat” pada 2003.

Pertandingan terakhir yang digelar di sana adalah timnas Inggris vs Jerman pada kualifikasi Piala Dunia 2002, 7 Oktober 2000.

Elemen paling ikonis dari arena klasik tersebut, Twin Towers alias menara kembar, menjadi bagian terakhir yang dirobohkan.

Puing-puing atau sisa bagian stadion lama kini disetarakan dengan artefak nasional.

Salah satu jendela bundar dari menara kembar dilelang oleh Charles Brooking’s Architectural Museum Trust.

Sementara itu, bagian puncak salah satu menara didirikan sebagai tugu peringatan di Saint Raphael’s Estate.

Lokasi yang merekam kejayaan Queen di Live Aid 1985 itu sejak 2007 diakuisisi oleh Stadion Wembley baru yang berkapasitas 90.000 penonton.

Arena modern dengan ikon lengkungan baja sepanjang 315 meter ini tetap menjadi kandang utama timnas Inggris dan rumah sementara Tottenham Hotspur.